Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia meminta semua pihak mewaspadai kenaikan kasus COVID-19 dan penyakit menular lain yang terjadi selama beberapa pekan terakhir di Indonesia.
Kementerian Kesehatan memperkirakan jumlah kasus akan terus meningkat hingga akhir Juli 2022.
“Kami meminta kerjasama semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat untuk tetap menjalankan berbagai upaya kewaspadaan strategi pencegahan dan sistem pengendalian penularan yang kuat.
Penanganan ini tidak bisa dilakukan oleh tenaga medis saja namun semua pihak secara bersamaan,” ujar Ketua Umum PB IDI, Adib Khumaidi.
Berdasarkan catatan IDI, peningkatan signifikan mulai terlihat sejak awal pekan ini sebanyak 591 kasus, kemudian penambahan 930 kasus, hingga tembus 1.242 kasus pada tengah pekan.
Subvarian BA.4 dan BA.5 disebut Imenjadi varian of concern yang dikuatirkan saat ini karena mudah menular.
“Situasi endemi menunjukkan penyakitnya ada tetapi penularannya terkendali, jadi endemik bukan berarti kondisi yang bebas penyakit,” ujar Adib.
Sementara itu, Ketua Bidang Penanganan Penyakit Menular PB IDI, Dr.
dr.
Agus Dwi Susanto, SpP(K), meminta pemerintah mengkaji kembali kebijakan lepas masker di tempat umum serta meminta pemerintah dan masyarakat untuk menggiatkan kembali vaksinasi booster untuk COVID-19.
Masyarakat juga diminta untuk tetap melakukan protokol kesehatan ketat, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menggunakan hand sanitizer.
“Kami juga mengingatkan masyarakat untuk waspada akan penyakit lainnya yang muncul di musim pancaroba ini, seperti demam berdarah dengue, cacar monyet, hepatitis akut, serta sejumlah penyakit lain yang berpotensi timbul,” jelas Agus.
Agus mengingatkan meski kasus cacar monyet masih belum ditemukan di Indonesia, dia meminta masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan supaya penyakit tersebut tidak menjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB).
Selain itu, Dr.
Eka Mulyana, SpOT(K), dari Bidang Advokasi Tim Mitigasi IDI juga meminta tenaga kesehatan, baik dokter umum maupun dokter spesialis, untuk tetap mewaspadai kasus COVID-19 dan juga penyakit menular lain.
“Setelah Maret 2022, belum tercatat dokter meninggal karena COVID-19.
Meski demikian, kami mengimbau rekan sejawat dokter dan dokter spesialis tetap menjalankan protokol kesehatan ketat dan mengenakan APD lengkap saat penanganan kasus COVID-19,” kata Eka.
Berdasarkan data yang dihimpun Tim Mitigasi IDI, jumlah tenaga kesehatan yang wafat hingga Maret 2022 adalah 752 dokter umum dan dokter spesialis akibat COVID-19.
Data tersebut tersebar di 29 provinsi.