Baru-baru ini sejumlah negara di Eropa menghancurkan bendungan secara massal.
Mengutip Euronews, hingga kini tercatat sudah ada 200 bendungan yang telah dihancurkan.
Hal ini dilakukan mengingat dampak buruk dari adanya bendungan terhadap ekosistem sungai.
“Benar bahwa banyak bendungan yang dibangun selama abad ke-20 telah terbukti merusak sungai.
Contohnya banyak dan terkenal,” kata Coli Thorne, seorang profesor geografi di Nottingham University dikutip Tempo dari The Guardian.
Pernyataan Thorne didukung sebuah penelitian dari Universitas Teknologi Xi’an, Cina, pada Oktober 2010 yang menemukan hubungan antara pembangunan bendungan dan rusaknya ekosistem sungai.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya bendungan dapat merusak ekosistem sungai, baik secara fisik maupun biologis.
Dampak perubahan fisik akibat bendungan melibatkan proses hidrologi sungai dan dataran banjir, gerakan sedimen, dan struktur saluran.
Dijelaskan dalam penelitian yang dipublikasikan di Scientific Research itu, bendungan menahan sedimen yang akan mengisi kembali ekosistem aliran secara alami.
Ketika sebuah sungai kehilangan beban sedimennya, ia berusaha untuk merebutnya kembali dengan mengikis dasar dan tepi sungai hilir.
Seiring waktu, dasar sungai di hilir bendungan biasanya terkikis.
Pendalaman dasar sungai lalu menurunkan tabel air tanah di sepanjang sungai dan menurunkan permukaan air yang dapat diakses oleh akar tanaman.
Secara biologis, adanya bendungan membuat aliran sungai yang semula mengalir menjadi kolam yang tenang dapat mengancam keanekaragaman hayati.
Mengingat, sebagian besar spesies atau organisme lain di sungai cenderung mengadopsi habitat sungai yang mengalir sebagai rumah.
Terhambatnya aliran sungai dari hulu dan hilir tersebut menyebabkan keanekaragaman hayati, seperti spesies ikan menurun.
South Asia Network on Dams, Rivers and People (SANDRP) mengungkapkan bahwa apa yang mengalir di sungai bukan hanya air.
Tidak seperti kanal atau pipa, sungai membawa materi terlarut, materi tersuspensi, mikroorganisme, serta banyak flora dan fauna akuatik.
Karena itu, jelas dikatakan jika ancaman eksistensi sungai datang dalam bentuk bendungan besar.
HARIS SETYAWAN